Selasa, 01 Februari 2022

Beberapa Tempat yang Eksotik di desa Pongkor, Kecamatan Satarmese, Manggarai.

 

 
NIANG WOWANG PONGKOR.

 


Dudang Campat, begitu nama tempat ini, berada di sebelah barat kampung Pongkor. untuk mencapai ketempat ini anda melawati jurang yang cukup menantang, tapi anda akan terbayar dengan pemandangan yang begitu menakjubkan. Kedalaman kolamnya kurang lebih lima puluh meter dengan lebar hampir tiga puluh meter.  


Dudang Campat, berada disebalah Utara dari Tiwu Ihang.







Daun Palma




Sebelah selatan kampung Pongkor tepatnya di Ujung pertemuan dua sungai besar yang ada di kampung Pongkor, yakni Wae Cecu batas Timur, dan Wae Mese batas barat, kedua sungai ini mengalir ke laut Sawu





Air Panas ( Wae Kolang ) berada disebelah timur kampung Pongkor tepatnya di Wae Cecu. ( Batas Timur

Air Panas di kampung Pongkor.

Beberapa tempat diatas sangat menarik untuk anda yang suka Traveling. Anda akan disuguhkan dengan pemandang yang Eksotik. 


Perjalanan Ase Reba di Penghujung tahun 2021 di Kampung Pongkor.

 



Sabtu, 21 November 2020

DESA ADAT PONGKOR YANG MENYIMPAN BANYAK ASET SEJARAH BAGI PERADABAN MANGGARAI.

 

Desa adat Pongkor adalah sebuah kampung kecil yang terletak pada ujung pertemuan dua sungai besar yakni Wae Cecu ( batas timur ) dan (Wae Mese batas barat) yang keduanya mengalir ke laut Sawu. Pongkor sebuah desa adat yang terletak di kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Kampung kecil nan jauh ini ternyata menyimpan begitu banyak aset sejarah bagi peradaban Manggarai. Aset-aset sejarah itu menjadi saksi bisu bagaimana proses perjuangan nenek moyang kita dalam menumpas penjajahan di negeri ini..

Untuk menuju ke kampung ini dengan melewati beberapa perbukitan. Lingkungan di sekitar dikelilingi dengan pohon Kemiri, Mahoni, dan pohon-pohon yang lainya  dan ladang kering. Akses jalan menuju kampung ini berupa jalan yang terbuat dari batu alam yang disusun  terbentang dari arah utara (di depan kampung) hingga halaman kampung. Jalan batu tersebut dibuat pada sisi timur dan sisi barat menuju halaman kampung adat pongkor. Pada desa ini terdapat sebuah rumah adat . Rumah adat tersebut merupakan rumah induk atau disebut dengan Niang Mbowang Pongkor oleh masyarakat desa adat Pongor. Ditengah-tengah halaman kampung terdapat tata batu (susunan batu alam) yang berbentuk persegi empat atau yang biasa disebut dengan Compang. Pada bagian atas compang terdapat tiga buah makam yang merupakan makam dari tokoh masyarakat di kampung Pongkor terdahulu, dengan orientasi utara-selatan. Selain makam tersebut, pada bagian atas compang di sisi sebelah utara juga diletakkan sembilan buah meriam secara berjejer. Pada sisi barat meriam, terdapat sebuah gelang perunggu dan cincin perunggu yang diletakkan diatas sebuah batu alam sebagai simbol dari leluhur masyarakat desa adat Pongkor, difungsikan sebagai media pemujaan. Sementara, pada susunan batu yang terletak di sisi selatan compang diletakkan sebuah gelang perunggu sebagai simbol leluhur yang difungsikan untuk media pemujaan. Selanjutnya, pada sisi sebelah selatan kampung terdapat sebuah batu alam yang berukuran cukup besar, batu alam tersebut merupakan simbol dari kampung adat pongkor, yang mana batu tersebut sebagai media bagi masyarakat desa adat Pongkor untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan.

 


gelang perunggu dan cincin perunggu sebagai simbol leluhur yang difungsikan untuk media pemujaan.


sebuah gelang perunggu dan cincin perunggu yang diletakkan diatas sebuah batu alam sebagai simbol dari leluhur 

bagian dalam dari rumah adat Pongkor ( Niang Mbowang )


Gendang,gong juga robo tuak.


foto rumah adat Pongkor dari samping  


depan rumah adat


 

 

Di tulis di Bali pada tanggal 22 November 2020.

 

#Asereba Mbaru Asi Pongkor

Jumat, 04 Januari 2019

BELIS MERUPAKAN SEBUAH BENTUK PENGHARGAAN TERHADAP PEREMPUAN

        Dalam masyarakat Manggarai terdapat kebiasaan Belis. ( Paca ) Kata “Belis” adalah istilah dari budaya Manggarai yang tidak dapat dipisahkan dari adat istiadat dalam proses perkawinan. Belis merupakan seperangkat mas kawin yang diberikan oleh anak wina (keluarga mempelai laki-laki) kepada anak rona (keluarga mempelai perempuan).

      Belis dapat berupa hewan (babi,kambing,kuda,sapi,dan kerbau) dan uang. Ratusan Juta Rupiah
Kata“belis” adalah sebuah istilah dalam budaya Manggarai yang tidak bisa dipisahkan dari ritual adat (sakral) Manggarai dalam proses perkawinan, selain proses nikah menurut konsep agama.
Karena dalam budaya manggarai menganut sistem budaya patrilineal (mengikuti garis keturunan ayah), maka sudah barang tentu mas kawin adalah salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap keluarga kaum perempuan. 

       Jika dilihat asal muasal kata “belis” ini, dapat disimpulkan bahwa sebuah acara yang bermaksud membudayakan penghargaan terhadap perempuan dan perkawinan itu sendiri.
Perkawinan dalam adat dan budaya Manggarai belumlah valid jika proses pernikahan hanya sampai diproses nikah agama, lalu disempurnakan oleh ritual korban (material) berupa belis yang wajib dipenuhi oleh pihak laki-laki.
Padahal sejatinya, belis diberlakukan untuk menghargai kedua pihak. Baik pihak keluarga laki-laki maupun pihak keluarga perempuan berjumpa dengan “penghargaan tertinggi” yaitu cinta lewat ritual belis. 

      Tetapi maknanya bukan barter. Sebab belis merupakan awal pertalian kekeluargaan yang terjalin antara kedua pihak keluarga yang tersirat dalam ungkapan "salang wae toe salang tuak" istilah ini menggambarkan hubungan kedua keluarga besar dari pihak perempuan (anak rona) dengan keluarga besar dari pihak laki-laki (anak wina) akan terus berlanjut.
Belis yang pada dasarnya merupakan sebuah bentuk penghargaan terhadap perempuan.

Bali, 05/01/2019

Asereba.


Beberapa Tempat yang Eksotik di desa Pongkor, Kecamatan Satarmese, Manggarai.

    NIANG WOWANG PONGKOR.   Dudang Campat , begitu nama tempat ini, berada di sebelah barat kampung Pongkor. untuk mencapai ketempat ini and...