Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu,
dan kau? Entah masih peduli dengan hidupku atau tidak.
Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini
semua? Jika kau mengira, karena aku ingin mencuri perhatianmu, tentu tidak.
Untuk apa. Lalu jika kau mengira, aku ingin mendramatisir keadaan, itupun
tidak. Sama sekali tidak.
Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak
pernahkah kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya
semalam. Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis.
Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.
Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan sikapku yang
kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama dengan segala masalah.
Kau selalu mengingatkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tahu aku
salah, tapi siapa yang peduli saat itu. Yang aku tahu hanya, cinta itu
menyakitkan ketika kamu pergi. Itu saja. Bodoh? Iya. Sangat bodoh. Kadang aku
pun hanya tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita amat sangat lucu ternyata.
Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah.
Entah aku, atau kamu. Tapi aku tak ingin menyalahkan siapapun, karena untuk
masalah perasaan semua orang akan merasa benar. Meskipun penuh kebohongan dan
ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tahu maksud semuanya.
Perjalanan memang kadang membuat aku terbang lalu
jatuh. Dan terima kasih, kamu telah menjadi perjalananku. Hidup kadang terasa
manis seperti gulali yang aku beli di taman hiburan, tapi ada masanya terasa
pahit sama seperti aku yang tidak sengaja menyesap ampas kopi. Dan kamu telah
menjadi keduanya di saat yang bersamaan. Sekali lagi, terima kasih. Untuk
pernah hadir lalu pergi. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.
Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu, tapi setelah
aku menulis ini semua aku tak lagi merasakannya. Aku sedang tersenyum,
percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindukanmu lagi. Tugasku sudah
cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih
baik, mungkin? Hahaha aku hanya bercanda. Aku tidak kekanak-kanakan lagi. Aku
hanya berharap aku dan kamu baik baik saja. Kita bahagia bersama, di jalan yang
berbeda.
Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat
bertemu kamu, dengan senyuman. Tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan
aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya.
Iya, seseorang yang aku kenalkan adalah orang yang
membuat aku tersenyum setelah kamu membuat aku menangis. Dan kamu, mengenalkan
seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku sedang menangis.
Aku merasa cukup. Dan aku pergi.